Kronologi hilangnya kapal ambulans
Sudah tujuh hari sejak sebuah kapal ambulans milik Pemerintah Kabupaten Mamuju dilaporkan hilang di perairan Selat Makassar.
Kapal itu berangkat pada malam hari untuk merujuk seorang pasien ke rumah sakit di Makassar, namun tidak pernah sampai tujuan.
Keluarga segera melaporkan kejadian itu, sehingga tim SAR lokal langsung mengerahkan pencarian sejak laporan diterima.
Upaya pencarian dan respons cepat tim SAR
Tim gabungan yang terdiri dari Basarnas,
TNI AL, dan relawan setempat bekerja siang-malam.
Mereka menyisir rute pelayaran menggunakan kapal patroli, kapal cepat, dan pesawat pengintai.
Selain itu, tim menyebarkan titik pencarian berdasarkan data cuaca dan arus laut terakhir yang tercatat.
Namun, sampai hari ketujuh, tim hanya menemukan beberapa serpihan kayu dan objek kecil terapung yang belum bisa dipastikan asalnya.
Karena itu, penyidik dan penyelam menilai bukti fisik kurang kuat untuk melanjutkan operasi skala besar tanpa informasi baru dari masyarakat.
Faktor alam yang menghambat pencarian
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan gelombang tinggi dan angin kencang selama sepekan terakhir.
Karena itu, tim SAR kesulitan melakukan penyisiran efektif di beberapa zona.
Selain itu, arus laut yang kuat berpotensi menyeret jejak objek jauh dari lokasi awal.
Oleh karena itu, tim berkali-kali menyesuaikan area pencarian demi keselamatan personel.
Keputusan menghentikan operasi SAR resmi
Setelah mengevaluasi kondisi teknis dan cuaca, Basarnas memutuskan menghentikan operasi pencarian resmi.
Pihak berwenang menyampaikan keputusan itu kepada keluarga korban dan menjelaskan alasan teknis di hadapan mereka.
Meskipun operasi utama dihentikan, Basarnas tetap membuka kemungkinan melanjutkan pencarian jika ada laporan baru yang kredibel.
Keluarga korban menerima kabar tersebut dengan haru.
Mereka menghargai upaya tim SAR, namun berharap penelusuran mandiri oleh nelayan dan volunteer terus berjalan.
Pemerintah daerah pun menjanjikan dukungan logistik bagi upaya verifikasi laporan-laporan yang masuk dari masyarakat pesisir.
Langkah verifikasi dan temuan warga
Sejumlah nelayan melaporkan melihat benda terapung dekat Pulau Sabalana beberapa hari lalu.
Pemerintah daerah menugaskan tim kecil untuk memverifikasi laporan itu jika cuaca memungkinkan.
Sementara itu, petugas pantai mengimbau warga agar segera melaporkan temuan dengan mencatat koordinat dan kondisi objek guna mempercepat verifikasi.
Tinjauan prosedur keselamatan pelayaran
Kasus ini mendorong pemerintah daerah dan Kementerian Perhubungan untuk mengevaluasi prosedur pelayaran kapal ambulans.
Mereka berencana memperketat syarat kelayakan, menambah perangkat pelacak, serta memperbaiki pelatihan keselamatan bagi awak.
Dengan demikian, pihak terkait berharap risiko serupa bisa diminimalkan di masa depan.
Dukungan sosial dan upaya pemulihan keluarga
Komunitas lokal dan organisasi kemanusiaan membuka posko dukungan untuk keluarga korban.
Mereka menyediakan bantuan psikologis, logistik, dan pendampingan administrasi.
Selain itu, sejumlah lembaga menawarkan bantuan hukum bila keluarga ingin menempuh langkah hukum terkait perlindungan layanan publik.
Harapan dan langkah ke depan
Meskipun operasi resmi dihentikan, harapan tetap ada.
Tim SAR menyatakan akan menindaklanjuti setiap informasi baru.
Dengan dukungan warga, teknologi pelacakan yang lebih baik, dan koordinasi lintas lembaga, peluang menemukan serpihan atau tanda lain menjadi lebih besar.



