, , , ,

Solar Langka Lagi! Pengusaha Truk Panik, Distribusi Barang Akhir Tahun Terancam Macet

by -4 Views
solar langka

Solar langka di akhir tahun kembali membuat pengusaha truk di berbagai daerah kewalahan. Antrean panjang di SPBU hingga operasional terhambat menjadi pemandangan umum dalam dua pekan terakhir. Situasi ini memicu keresahan pelaku usaha yang bergantung pada pasokan bahan bakar untuk menjaga kelancaran distribusi barang.

Kelangkaan solar ini tak hanya terjadi di Jawa, tetapi juga di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Para sopir truk terpaksa antre berjam-jam untuk mendapatkan solar subsidi, sementara pengiriman barang terus menumpuk.


Antrean Panjang, Pengiriman Barang Terhambat

Bagi pengusaha truk, setiap liter solar sangat berarti. Kekurangan pasokan menyebabkan waktu tempuh meningkat dan jadwal pengiriman molor. “Dalam satu minggu terakhir, truk kami hanya bisa beroperasi 60 persen karena sulit cari solar,” ujar Budi Santoso, pengusaha logistik asal Surabaya.

Ia menambahkan, sebagian armada bahkan harus berhenti total karena SPBU di jalur utama kehabisan stok. Kondisi ini membuat biaya pengiriman naik drastis, sementara pelanggan mulai mengeluh karena barang terlambat sampai.

Sementara itu, para sopir mengaku kelelahan karena harus berburu SPBU yang masih menyediakan solar. “Kadang kami antre tiga jam, baru dapat setengah tangki. Itu pun kalau beruntung,” kata Jamaludin, sopir truk ekspedisi di Cirebon.

Kondisi serupa terjadi di wilayah Sumatera Barat dan Kalimantan Selatan. Banyak truk parkir di pinggir jalan menunggu kabar stok solar baru datang. Beberapa bahkan nekat membeli BBM non-subsidi agar tetap bisa beroperasi, meski biayanya membengkak.


Kenapa Solar Langka Tiap Akhir Tahun?

Fenomena kelangkaan solar di akhir tahun bukan hal baru. Pertamina menjelaskan, peningkatan konsumsi menjelang Natal dan Tahun Baru membuat stok cepat menipis. “Permintaan meningkat tajam di sektor transportasi dan industri,” ujar Fajriyah Usman, VP Corporate Communication Pertamina.

Selain lonjakan permintaan, distribusi solar juga terkendala cuaca ekstrem di beberapa wilayah. Jalur pengiriman dari terminal BBM ke SPBU sering terganggu oleh banjir atau longsor, menyebabkan keterlambatan pasokan.

Faktor lain yang memperburuk kondisi adalah penggunaan solar subsidi oleh kendaraan non-komersial. Banyak mobil pribadi atau alat berat industri masih menggunakan solar bersubsidi, padahal seharusnya diperuntukkan bagi kendaraan logistik dan transportasi umum.

Pemerintah berupaya menertibkan distribusi solar melalui sistem MyPertamina agar subsidi tepat sasaran. Namun, di lapangan, pelaksanaannya masih menghadapi tantangan teknis dan lemahnya pengawasan.

Pasokan Solar di SPBU Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan mengalami kelangkaan, pihak Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, memastikan pasokan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar di Wotu saat ini dalam proses penyesuaian dan akan segera kembali normal dalam beberapa hari ke depan. Minggu (9/11/2025)

Baca Juga : KPK Lakukan OTT dan Tangkap 13 Orang di Ponorogo, Termasuk Bupati Sugiri Sancoko


Pelaku Usaha Minta Solusi Cepat dari Pemerintah

Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) mendesak pemerintah turun tangan cepat untuk mengatasi kelangkaan solar. “Kalau kondisi ini dibiarkan, harga barang bisa naik karena biaya logistik melonjak,” kata Gemilang Tarigan, Ketua Aptrindo.

Ia menilai perlu ada langkah strategis seperti peningkatan kuota solar bersubsidi untuk wilayah padat aktivitas logistik menjelang akhir tahun. Selain itu, pengawasan distribusi harus diperketat agar tidak ada penyalahgunaan.

Pemerintah sendiri melalui Kementerian ESDM telah membentuk tim pemantau distribusi BBM di beberapa provinsi. “Kami memastikan stok solar nasional cukup, tinggal mempercepat distribusinya ke daerah,” ujar Arifin Tasrif, Menteri ESDM.

Selain langkah jangka pendek, pemerintah juga mulai mendorong penggunaan biodiesel B35 sebagai alternatif. Namun, pelaku usaha menilai perlu ada dukungan lebih kuat, termasuk subsidi harga dan perawatan mesin, agar transisi ke bahan bakar ramah lingkungan bisa berjalan lancar.

Sementara itu, sopir dan pengusaha berharap krisis solar kali ini tidak berlangsung lama. “Kami cuma ingin bisa kerja normal. Kalau solar langka terus, ekonomi jalan di tempat,” keluh Budi.


Kesimpulan

Fenomena solar langka di akhir tahun kembali menjadi tantangan besar bagi sektor transportasi dan logistik Indonesia. Dampaknya terasa luas: keterlambatan distribusi, biaya operasional naik, dan tekanan pada harga barang pokok.

Pemerintah, Pertamina, dan pelaku usaha perlu berkolaborasi agar kelangkaan solar tidak menjadi “ritual tahunan”. Dengan pengawasan yang ketat dan distribusi yang tepat sasaran, operasional truk bisa kembali lancar dan roda ekonomi tetap berputar menjelang pergantian tahun.

BRIMO

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.